Jumat, 12 Februari 2010
MAT 2010.
MAT 2010 diadakan pada tanggal 31 januari 2010 di aula CD Kampus Rawamangun UNJ. Semua Laporan dari divisi dan acara-acara dilaporkan kepada forum yang juga dihadiri oleh beberapa Alumni. kegiatan ini juga menjadi sebuah pembelajaran bagi Anggota baru angkatan 11 dalam mengelola acara.
Secara singkat selama kepemimpinan Syaifudin selama periode 2009-2010, ada beberapa progress yang telah diraih :
1.Divisi PSDM berhasil dalam menyelenggarakan workshop-workshop yang ditargetkan.
2.Divisi Produksi berhasil dalam menyelenggarakan Festival Penulisan Ide Cerita.
3.Divisi Humas berhasil dalam merintis website Sigma TV UNJ.
4.Sekretaris berhasil Menyelesaikan Buku Tahunan Sigma.
5.Bendahara berhasil mengelola dana sehingga mampu membeli LCD untuk Sigma TV.
Laporan Pertanggungjawban sigma akhirnya diterima bersyarat.
Ada dua hal yang menjadi syarat yaitu :
1.penyelenggaraan Festival Film pendek
2.penyelesaian produksi film panjang "Salahkah Jujur".
Di hari yang sama, terpilih Yanuar Abidin Rakinda sebagai Ketua Umum Sigma TV melalui pemilihan oleh seluruh anggota Sigma. Sekitar 25 Anggota baru juga dikukuhkan dengan penyerahan ID card .
Jumat, 05 Februari 2010
Once Upon a Time Before 302
SIGMA TV, WHERE ARE YOU...?
Oleh Billy Antoro
“Lihat!” ujar Samsu Rizal pada saya seraya menunjuk pendopo depan gedung perpustakaan, “masak rapat di situ?” Lantas Ketua Sigma TV itu berjalan cepat menuju pendopo. Beberapa pengurus dan anggota baru telah menunggunya. Rapat rencana produksi video klip akan dimulai. Mentari terik menyengat, membuat mereka duduk merapat biar tidak kepanasan.
Ini memang masa-masa sulit bagi Samsu dan teman-temannya. Semenjak tidak lagi menempati kantor Humas di Gedung Rektorat, tempat kegiatan organisasi berpindah-pindah alias nomaden. Kadang di pendopo, perpustakaan lantai 4 atau koridor masjid Nuurul ‘Irfaan. Sebab, di tempat sebelumnya, kantor Humas, yang sejak 2002 mereka tumpangi, dirasa kurang kondusif lagi bagi kegiatan organisasi kemahasiswaan. “Humas kantor, bukan tempat mahasiswa. Kita tidak bisa sama sekali gaya kerja kantoran,” kata Samsu. Maka sejak itu ia dan teman-temannya mengadakan kegiatan di tempat-tempat terbuka sambil berusaha mencari sekretariat permanen.
Usaha mendapatkan sekretariat tak lepas dari sejarah berdirinya Sigma TV (untuk seterusnya ditulis Sigma saja). Unit kegiatan mahasiswa ini pertama kali dirintis oleh delapan mahasiswa dari beberapa fakultas pada 1998. Ide untuk membuat sebuah televisi kampus berbasis pendidikan sempat ditentang seorang dosen Jurusan Teknologi Pendidikan bergelar profesor. “Tak semudah itu membuat televisi pendidikan,” ucap dosen itu sebagaimana dikutip Indah Ayu Sulistiarini, salah satu pendiri Sigma yang kini sudah alumni. “Tapi kita jalan aja,” kenang Indah.
Tekad itu mereka tunjukkan saat melakukan liputan perubahan IKIP menjadi UNJ pada 1999. Antena pemancar dipasang di Gedung FIP. Sejumlah birokrat bisa langsung melihat tayangannya. Masyarakat sekitar Jalan Pemuda pun bisa menikmatinya.
Selain itu sejumlah kegiatan internal diadakan, seperti bedah film, belajar menulis skenario dan audio visual. Hubungan ke luar kampus dijalin dengan Institut Kesenian Jakarta, Universitas Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Akhirnya, setelah beberapa tahun memperjuangkan legalisasi organisasi, Sigma resmi menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa melalui SK Rektor No. 71/SP/2002. Meski begitu sekretariat tak kunjung didapat. Bersama PR III dan PR II para pengurus Sigma bergerilya mencari tempat; ke Jurusan Teknologi Pendidikan, Pusat Sumber Belajar, Gedung Percetakan lantai 2, Gedung G dan Gedung A. Karena selalu gagal, PR III Tjipto Sumadi menitipkan Sigma di kantor Humas.
Ternyata antara Sigma dan Humas terjalin hubungan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. “Humas menggunakan Sigma untuk liputan-liputan, Sigma bisa gunakan Humas untuk alamat surat masuk,” ujar Alfa Saputra, Pejabat Sementara Sigma 2002. Namun sayang, ruang yang perpendingin dan bersuasana kantoran itu sempat melenakan. “Tapi ada sebagian kesadaran anggota untuk mencari tempat lain.”
Baru tiga tahun kemudian, tepatnya pada kepengurusan Samsu, Sigma tidak lagi “berkantor” di Humas. Mereka lebih memilih ruang-ruang terbuka untuk mengadakan kegiatan. Risikonya, suasana kondusif pertemuan tak pernah mereka rasakan. “Tapi kita tidak berputus asa dengan tidak kerja meski belum ada tempat,” tandas Djaeni, pengurus Sigma.
Tidak Realistis
Tjipto Sumadi berharap nantinya Sigma menjadi TV kampus yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan akademik. Perkuliahan antara Kampus A dan Kampus B, misalnya, dapat dihubungkan dengan jaringanTV kabel. “Sehingga kegiatan di fakultas satu bisa disiarkan dan didengar oleh fakultas lain,” angan Tjipto.
Namun rasanya untuk saat ini impian itu sebaiknya disimpan dalam laci. Sigma belum punya sekretariat. Kamera VHS dan tripot, dua inventaris barang yang mereka miliki, diletakkan di rumah seorang pengurus. Surat-surat administrasi ditaruh di salah satu rak ruang tata usaha PR III. “Kita seperti anak bawang oleh rektorat,” tutur Samsu, melihat keenambelas UKM lain sudah punya sekretariat.
“Kecacatan tidak punya ruangan ini membuat tidak bisa optimal, tidak bisa berkreasi secara leluasa,” keluh Alfa.
“Sekarang saya kasih di mana? Fakultas saja tidak ada yang mau beri,” tanggap PR II Ari Fadiati.
Dalam waktu dekat pun sepertinya sekretariat Sigma belum jelas tempatnya. Tjipto sudah angkat tangan. Terlebih masa jabatannya kini dalam kondisi transisi, menunggu penetapan rektor baru. Ia menjanjikan pengurus Sigma akan memasukkan memorandum akhir jabatan kepada penggantinya agar memprioritaskan pencarian sekretariat bagi Sigma. “Kita harus bercermin pada realitas sekarang. UNJ tiga bulan ini ’mati’ dengan tiadanya pelantikan rektor. Sangat tidak realistis jika mengejar sekarang,” tegas Alfa.
Kini rektor baru sudah dilantik. Harapan untuk segera mendapat sekretariat terbuka lebar. Sehingga Sigma bisa lebih leluasa menghasilkan karya, dan kita tidak perlu berucap “Sigma, where are you...?“ untuk mencari mereka.